PENGAMAT MINTA PESERTA PEMILU BERPOLITIK SANTUN DAN MENDIDIK

 


Menjelang pesta demokrasi yang akan digelar 9 Desember 2020  mendatang. Para peserta pemilihan umum (Pemilu) mulai bergerak untuk menarik simpatik masyarakat, dengan berbagai cara dari masing-masing peserta Pemilu tersebut.
Bahkan tidak sedikit pula, kelompok masyarakat atau tim dari setiap calon mengkampanyekan jagoannya, baik melalui media sosial (medsos),pasang banner, stiker, baleho dan lain-lain dengan tagline ajakan untuk memilih.

Akan tetapi, peserta pemilu wajib mengedukasi budaya berpolitik yang santun harus tetap dijaga dan dapat memberikan pendidikan politik yang baik terhadap masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Sudarman Mersa, S.Sos,.M.IP pengamat politik di Kota Metro.

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Dharma Wacana Metro ini pun juga menyebut, berbagai cara banyak dilakukan oleh peserta untuk menarik simpatik masyarakat.

Bahkan untuk meraih semua itu, istilah kampanye hitam kerap terjadi. Maka dari itu, diharapkan kepada para politisi atau peserta Pemilu, untuk bisa menjaga budaya politik yang santun dan mendidik.

“Konsep budaya politik berpusat pada imajinasi (pikiran dan perasaan) manusia yang merupakan dasar semua tindakan. Cara berpolitik yang santun sangatlah perlu dijaga, agar dapat terselenggaranya Pemilu yang damai dan lancar,” ungkapnya, Sabtu(12/09/2020).

Melihat perkembangan politik saat ini, kata Sudarman masyarakat sudahlah cerdas dalam menentukan pilihanya mencari sosok pemimpin yang amanah. Suara rakyat juga menentukan arah kemajuan pembangunan Kota Metro lima tahun kedepan.

“Kota Metro sudah melekat dengan nama Kota Pendidikan. Siapapun pemimpinya kedepan nanti, alangkah baiknya tetap di pertahakan sebagai Kota Pendidikan, dan mampu memberikan perubahan dari semua aspek, khususnya SDM (Sumber Daya Manusia),”tuturnya.

Akhir-akhir ini lanjut Sudarman, salah satu metode kampanye yang banyak digunakan oleh peserta pemilu yaitu media sosial (medsos). Para bakal calon kerap menunjukan eksistensinya di medsos untuk meraih simpatik dan dukungan dari masyarakat.

“Dengan cara apapun dalam meraih dukungan masyarakat itu sah-sah saja dilakukan peserta pemilu. Namun budaya politik yang santun dan mendidik itu harus tetap dijaga,” katanya.

Lanjut Sudarman, dalam rangka menuju arah pembangunan dan modernisasi suatu masyarakat, maka diharapkan budaya politik dapat membentuk aspirasi, harapan, referensi dan prioritas tertentu dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial politik.

Sehingga peran budaya politik santun, bersih dan beretika akan menciptakan masyarakat yang cerdas.

“Tentu moral politik itu harus terus dibangun. Sehingga masyarakat juga akan terus bersimpatik dan partisipasi terhadap Pemilu juga bisa meningkat. Pertama, etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat dan elite politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan dan rendah hati,”ujarnya.

Selain itu, perlu dilakukan upaya penanaman suatu kesadaran bahwa politik yang hendak diperjuangkan bukan semata politik kekuasaan, melainkan suatu politik yang mengedepankan panggilan pengabdian demi kesejahteraan masyarakat luas.

“Budaya politik santun, bersih dan beretika ini diperlukan karena dapat membuat para elite politik menjauhi sikap dan perbuatan yang dapat merugikan bangsa Indonesia,”paparnya.

Sambungnya,  akhirnya  disarankan agar dilaksanakan kembali pendidikan budi pekerti yang merupakan pondasi bagi pelaksanaan Civic Education, agar tercipta generasi yang tidak hanya mau menjadi politisi, namun paham budaya dan etika politik. Dan bisa mengunakan dunia medsos yang santun. Sehingga tidak saling menghujat, dan menjatuhkan lawan politiknya.

“Saya berharap pesta demokrasi Pilkada serentak ini, khususnya Pilkada Kota Metro dapat mengedukasi akan buadaya  berpolitik santun dan mendidik. Peserta pemilu bisa menonjolkan konsep adu gagasan untuk berlomba-lomba ingin memperbaiki citra politik, bahwa ini loh politik santun dan mendidik. No Sara, no Money Politic, no fitnah, no hoaks, hingga black campaign,”pungkasnya. (*)

You might also like

error: Content is protected !!