LAMPUNG TIMUR – Rasa emosional Sadari Sandiyo Putro warga Desa Tanjung Qencono Kecamatan Way Bungur disinyalir memuncak terhadap Samsul Arifin Kepala Desa setempat.
Pasalnya, tanah rawa hak milik Sadari semula kurang lebih 4 hektar diduga diserobot oleh Samsul 3 hektar lalu dijualnya kepada pihak CV. Agri Starch.
Ketika itu, Samsul mengatakan kepada Sadari bahwa pihak CV. Agri Starc tidak lagi membeli tanah. Namun Samsul berjanji membantu mengusulkannya kepada pihak CV. Agri Starch disertai memberi uang Rp.20 juta 2 tahap kepada Sadari berdalih kebijakannya.
Puncak emosi Sadari setelah menerima klarifikasi yang disampaikan secara tertulis oleh Nicky Heryanto, Mareo Korompis dan Samsul Arifin Kepala Desa Tanjung Qencono kepada Ketua Jaringan Pemberantasan Korupsi Koordinator Daerah Kabupaten Lampung Timur, Sidik Ali,S,Pd,I saat klarifikasi pada Senin, 27/5 jam 10.00 WIB di Sekretariat JPK Korda Lamtim.
“PT membeli tanah dari Samsul Arifin bukan Sadari menurut keterangan pak Samsul sebelumnya tanah tersebut sudah dibeli pak Samsul terlebih dahulu seharga 25 juta kemudian baru dijual ke PT.” Demikian bunyi klarifikasi tersebut yang diteruskan secara langsung oleh Ketua Bidang Investigasi JPK Korda Lamtim Senin, 27/5 pukul 19.30 WIB kepada Sadari dan masyarakat selaku korban dugaan penipuan dan penggelapan di kediaman Sadari Sandiyo Putro di Desa Tanjung Qencono.
Tanah rawa hak milik Sadari kurang lebih 4 hektar tersebut, disinyalir dijual oleh Samsul Arifin ke pihak CV. Agri Starc kurang lebih 3 hektar atas nama Sadari Sandiyo Putro.
“Saya yang bawa surat keterangan tua – tua kampung (sporadis) itu untuk minta tanda tangan pak Sadari dirumah. Yang buat surat itu pak Joko Carik (Sekretaris Desa) atas nama pak Sadari bukan nama pak Samsul, saya masih inget semua karena semua berkas saya yang ngurus.” Kata Sunarmi saat berkumpul di rumah Sadari bersama seluruh korban lainnya.
Inilah ungkapan Sadari Sandiyo Putro kepada Samsul Arifin Kepala Desa Tanjung Qencono yang disampaikannya melalui metrodeadline.com atau Ketua Bidang Investigasi JPK Korda Lamtim, dalam bahasa Daerahnya.
“Pak carek jebol lurah, penemu ne koyo asu, mosok lahan ku sunglon jare PT ora tuku jebol di dol nang PT. Di masuk ne 3 hektar, jare PT tidak beli punya Sadari, tapi beli punya Samsul. Aku krungu dewe aku nang kamar JPK Samsul, Niki, Mario, mulo aku ngerti nek aku di apusi Samsul. Mulo aku bertahan nuntut hak, konco2 ngerti nek Samsul ora nduwe, meng sunlon liya ne ndek aku.”
“Mulo nek Samsul tegel aku luweh tegel, tak pertahan ke hak, iso Samsul nganggo panguwoso tapi nek ndek ku ojo, mulo arep tak belo sampek KPK, iki ijek nang JPK. Tapi nek ndekku dibayar podo konco2 aku yo gelem dame. Mulo aku ngerti mbak Narmi kan jipok blangko rene, tak gawe, terus munggah nang PT, dadi iku seng mlaku, wong laporan ne Samsul ae kliru jare dibeli Samsul 25 juta, bukan 20 juta, mulo kon bayar ae Samsul timbang tak gae ribut, lan kon leren duwe teku elek, beng Tq.”
“Memang ora enek bukti, sampean tuku karo aku, gor jare belas kasiahmu, di kek i duet pindo jumlah 20 juta bukan 25 juta. Terus mbok dol nang PT 3 hektar, mulo aku nuntut omongan mu, jare PT ora tuku, dadi kuwi hak ku, dudu hak mu sampek teko ngendi tak belani. Krono omongan mu seng salah, nek gelem bayar en umum. Mulo Mario ora nuku ndekku, jebol nuku ndek mu, saksi2 okeh seng ngerti. Aku gor ngeleng ne bayaren, aku ngerti kriteng mu, tapi ojo mbah RI nek ora paham ketemu neng endi !”. Demikian ungkapan pelampiasan kekesalan Sadari terhadap Samsul Arifin.
Bukti surat menyurat tanah rawa kurang lebih 4 hektar hak milik Sadari yang asli diminta oleh Samsul Arifin saat memberi uang Rp. 20 juta itu kepada Sadari. Sehubungan belum dibayar lunas, Sadari akan memberikan fotocopy surat tanahnya itu akan tetapi Samsul Arifin tidak bersedia.
Sadari tak menuntut tanah rawa kurang lebih 5 hektar haknya itu dibayar penuh, setelah mendengar penjelasan atau sosialisasi metrodeadline.com atau Ketua Bidang Investigasi JPK Korda Lamtim Jumat, 15/3 pukul 16.00 WIB di kediamannya bahwa kurang lebih 2 hektar tanah rawa haknya itu merupakan daerah garis sempadan sungai Batanghari.
Untuk diketahui, Sadari Sandiyo Putro adalah merupakan perintis Desa Tanjung Qencono pada puluhan tahun silam. Sejak warga Desa setempat berjumlah 18 orang kepala keluarga (KK) bahkan Sadari pernah menjabat Kepala Desa setempat sebelum Samsul Arifin.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi Samsul Arifin Kepala Desa Tanjung Qencono tak dapat dihubungi. (Rop/Tim JPK).