METRODEADLINE.COM – Sempat viral di pemberitaan media sosial (Medsos), tentang keluhan walimurid dan dugaan tertahannya seragam kaos olahraga siswi SDN 6 Metro Utara akhirnya terjawab sudah. Itu menyusul adanya pertemuan klarifakasi Dewan Pendidikan Kota Metro, Korwas Disdikbud, Ketua Komite, Kepala Sekolah, Guru Olaharaga, dan pers, di sekolah setempat, Rabu (8/5/2019).
Ketua Dewan Pendidikan Kota Metro Yahya Wilis mengatakan bahwa, pertemuan ini bertujuannya silahturahmi, dan sekaligus meluruskan permasalahan yang ada di SDN 6 Metro Utara. Segala sesuatu pasti bisa diselesaikan dengan baik, setelah diklarifikasi satu persatu, baik Kepsek, Ketua Komite, dan awak media yang pertama memuat berita.
“Saya selaku ketua Dewan Pendidikan, memang merencanaan untuk turun langsung kesekolah. Karna hari Senin merupakan awal puasa, kita pendding sampai hari Rabu. Saya hadir disini memberikan masukan dan saran, untuk bersama-sama mencari solusi terbaik untuk kemajuan pendidikan di Kota Metro,”ungkapnya.
- Klarifikasi Kepsek SDN 6 Metro Utara Soal Seragam Kaos
Sementara itu, Kepala SDN 6 Metro Utara Kodar Aminudin menyampaikan soal tertundanya pembagian seragam kaos olaharaga.
“Kaos itu tertunda karna memang , bukan sengaja kita bagikan. Jadi kaos itu sudah disampaikan ke anak, hanya ukurannya berbeda. Kemudian kaos itu dikembalikan ke Konveksi, setelah di Konveksi (Penjahit Red) kita tunggu sampai sekarang. Tapi alhamdulilah sudah jadi, dan sudah kita bagikan semua,”jelasnya.
- Masalah Pungutan Pembelian Sampul Raport
Kodar juga membantah tidak ada yang menganak tirikan siswa, semua siswa diperlakukan sama. Menurutnya siswa SDN 6 Metro Utara mengikuti proses kegiatan belajar mengajar (KMB) yang berlaku.
“Jadi terkait masalah pembelian sampul raport. Saya kembali tegaskan bahwa pihak sekolah sama sekali tidak memaksakan anak untuk membeli, karna sampul rapot Kurikulum 2013 (K-13) bentuknya lembaran-lembaran. Sehingga dikhawatirkan tercecer, kita buatkan map yang tipis itu, karna kita belikan yang itu tidak mahal dan tidak ada juknisnya dalam Dana BOS (Bantuan Oprasional Sekolah). Kemudian kita berinisiatif, walimurid yang ingin membeli. Kalaupun mau membeli disekolah kita bantu atau dipasar diperbolehkan, kita tidak paksa,”ujarnya.
- Soal Pungutan Pembangunan Musholla
Selain itu, terkait soal pembangunan Musholla. Kodar mengatakan bahwa rencana pembangunan musholla itu muncul dari rapat walimurid bersama komite.
“Kami mengadakan rapat itu, kemudian muncul ide, bagaimana kalau anak kelas VI itu, dan kemudian waktu itu reorganisasi Komite dan saya masuk, dan antusias wali murid itu sangat kental sekali. Kita sebar undangan 150-an dan malah semua datang,”paparnya.
Lebih lanjut, kata Kodar pada waktu itu anak kelas VI yang akan lulus, dan walimurid sepakat tidak mengadakan perpisahan. Karna sama saja membuang uang, jalan-jalan kesana malah buang duit.
“Nah, muncul ide untuk membangun musholla. Dari pada uang itu untuk berpoya-poya mendding buat bangun musholla dan mereka (Walimurid Red) menyetujuinya. Tahap pertama sudah membangun pondasi, dan semua yang ngejakan belanja inisiatif dari walimurid. Karna memang merupakan kebanggaan dari kami, sehingga musholla itu bisa terbangun. Lantaran dananya terbatas, kita maksa ke anak-anak tidak mungkin. Kita tidak ada bahasa pungutan, saya rasa seperti itu. Jadi kalau ada bahasa-bahasa sumbang kita mengadakan pungutan itu salah. Karna disitu tidak ada batas minimal batas walimurid harus stor berapa tidak ada. Dalam Permendikbud No.75 Tahun 2016, tidak diharamkan sebatas untuk tujuan sekolah lebih baik,”bebernya.
4. Klarifikasi Ketua Komite SDN 6 Metro Utara
Ketua Komite SDN 6 Metro Utara Tusrianto klarifikasi soal pungutan untuk pembangunan Musholla. Pada saat itu ada 2 opsi usulan walimurid saat rapat (Jalan-Jalan/ Pembangunan Mushola), akhirnya uang tersebut untuk pembangunan musholla. Pada saat itu pergantian komite, dan kebetulan saya juga sebagai wali, memang agak prihatin melihat anak saya untuk baca tulis Al-Quran masih belum lancar. Sehingga usia anak SD produktif, paling tiak agama itu bisa membangun karakter.
“Kita bisa lihat lingkungan karangrejo seperti apa ? Kalau dikaitkan dengan Kota Metro, Karangrejo ini sangat lemah secara ekonomi dan secara agama, dan masuk daerah tertinggal. Kita tampung gagasan dan orangtua itu,”ujarnya.
5.Dana Pembangunan Mushola Sumbangan se-Ikhasnya dari Siswa
Sementara ini, kata Tusrianto dana pembangunan mushola diambil dari uang Infak mereka (Siswa Red). Artinya, sumbangan se-ikhasnya. Dan itu tidak ada berapa-berapa, dan itu komite tidak membuat surat. “Karna kesepakatan, entah itu Rp 50ribu atau berapa itu kesepakatan dari orang tua, bukan kita yang menentukan. Saya tahu kalau kita menentukan pungutan liar (Pungli), jadi intinya sudah kesepakatan dari orangtua siswa. Sekolah dan komite hanya sebagai fasilitator, dan yang mengerjakan gotong-royong dijadwal,”jelas Tusrianto.
Ketua Dewan Pendidikan Metro Yahya menyatakan bahwa, jadi kalau infak sialahkan berapa saja, tapi bapak harus jelaskan bahwa pertemuan dengan walimurid itu kapan ? Dalam rapat itu hasilnya ini harus jelas biar clear. “Saya tegaskan bapak (Komite dan Kepsek) tidak membuat surat kan ? Komite-Kepsek hanya membuat keputusan bersama,”ucapnya.
Yahya kembali melempar pertanyaan ke Komite tentang Seragam Kaos dan Baju Batik mengetahui tidak ? “ Soal seragam kaos, saya tidak mengetahui. Semua dikelola sekolah langsung. Kalau soal baju seragam bagaimana melempar pertanyaan ke Komite?, tapi yang menjawab malah kepsek, alhamdulilah tidak ada,” jawab Kodar memutus pertanyaan yang seharusnya di jawab Ketua Komite.
Sementara, Pernyataan Suparjo Guru olaharga sebagai penanggungjawab seragam, dan sekaligus pengurus pembangunan musholla. “Saya klarifikasi tentang seragam kaos, tadinya memang salah ukuran, ter panjang jadi pendek. Kekecilan jadi kurang longgar. Sebenarnya orangtua anaknya sudah dibagikan, nanti sabar ya nak ya..Karna kalau pesan lima, bahasa dari Konveksi (Penjahit Red) tanggung. Akhirnya dengan adanya seperti ini, makanya kita gerak cepat. Kita pesankan langsung dan sudah jadi kita berikan ke siswa yang belum dapat sesuai dengan yang dimuat awak media.
“Jadi soal kaos saya mikir sekali, masalah kaos tiga orang, kalau gak salah 4 orang. Kok menjadi seperti ini, sebenarnya pihak yang menerima kaos tidak ada masalah. Tapi dengan kejadian ini menjadi pendidikan kedepanya, tapi sekarang sudah saya bagikan, kenapa saya terlambat karna dari konveksi. Satu orang muncul rupanya, mungkin itu data kita tidak masuk atau belum bayar. Karna yang kita bagi itu yang sudah bayar, yang kosong tidak kita bagi. Nah, waktu kita bagi kaosnya tinggal yang pendek. Permasalahanya seperti itu,”beber Suparjo beri penjelasan ke Dewan Pendidikan.
“Saya tegaskan saya kebetulan wakil ketua pembangunan musholla pada saat rapat. Jadi itu tidak ada pungutan sama sekali, dari wali murid. Itu intinya kita musyawarah, dengan bahasanya infak serelanya. Mudah-mudahan dengan adanya mushola ini, dan cerita ini menjadi pelajaran kita bersama,”imbuh Suparjo.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Metro meminta agar perlu dijelaskan. Kapan mulai dibagikannya kaos ? Dan kapan kira-kira bapak mulai mengkonsep perbaikan ?
Awak media melempar pertanyaan tentang prosedur pengadaan seragam kaos dan baju batik ? “Ini kan sekolah kecil modal tidak ada, ya kita kumpulkan dana dari walimurid. Sebelum kaos itu dipesan kita panggil walimurid. Mau beli kaos seperti apa, mau beli baju batik seperti apa. Dan itu notulenya ada, dan tidak semerta-merta. Maka situ bilang setahun tidak ada. Dalam rapat itu diputuskan walimurid itu membeli seragam kaos dan batik. Kita panggil tukang jahitnya kesepakatan itu Rp 225 ribu, dapat seragam kaos trinming, dan rompi batik dan celana. Jadi mereka bayar Rp 250 ribu, yang Rp25 ribu bayar infaq. Jadi tidak semuanya kita tarik Rp.250ribu, dari 55 anak yang bayar Rp250 ribu sebanyak 10 anak. Karna mereka sadar mau memberikan infaq itu, jadi misalkan dia tidak ikhas nanti kita balikan,”kata Kodar.
“Jadi kita hanya memfasilitasi pembelian sampul rapot. Harga di pasar sama di sekolah sama. Orangtua mau beli dimana saja boleh-boleh saja, kita tidak mengikat anak untuk membeli sampul rapot di sekolah,”tegasnya.
Kodar menyatakan telah mengundang salah satu organisasi pers di Kota Metro, untuk klarifikasi pemberitan yang menyakut sekolah yang dipimpinya. “Saya pulang dari jogya kaget, dan saya harap mas juga hadir disitu. Bukan saya tidak memberikan klarifikasi, naik lagi berita. Walimurid desak pemkot copot kepala SDN 6 Metro Utara. Jadi sudah saya datangi walimurid ternyata tidak ngomong. Adalagi, parahnya wartawan tidak pernah ketemua saya,”kata dia.
“Saya hanya meminta klarifikasi 2×24 jam soal berita, sumbernya orangtua wali. Saya tidak pernah ngomong ya, soal mau dilaporkan ke ranah hukum,”ucap Kodar meluruskan ucapnya yang terlanjur beredar isi pemberitaan media online saat dia jumpa pers.
Wartawan pun menjawab ? Narasumber saat saya klarifikasi awalnya mengebu gebu marah dan kesal. Lantaran seragam anaknya tak kunjung diberikan, warttawan melempar pertanyaan kalau seragam kaos tak kunjung diberikan kalau kepseknya dicopot atau di evaluasi setuju tidak pak ? “Ya saya setuju, kalau seragam itu tidak segera diberikan,”kata Sumber yang juga Walimurid. Sehingga redaksi memutuskan membuat enjel judul berita.
Lantaran seragam kaos sudah diantar kerumahnya atau ketakutan didatangai kepsek. Walimurid saat ditanya kepsek merasa tidak pernah ngomong yang ditudingkan tersebut. Salah satu narasumber walumurid saat konfirmasi kerumahnya tidak ketemu dengan orangtua laki siswi, hanya ketemu dengan orangtua perempuan siswi dan sempat ditelpone dan bercakapakan lewat hp disaksikan istrinya saat dirumah.
“Saya minta maaf, dan mengucapkan trimakasih koreksinya. Saya merasa kinerja yang saya banggakan, ternyata masih ada yang bolongnya juga. Jujur selama saya disini banyak perubahan, belakang kumuh dan kotor serang orang tidak jelas. Dan berkat komite program sudah berjalan dengan baik, terus saya sedih ketika saya dinobatkan kepala sekolah SD Peringat 3 terbaik, muncul berita ini berbarengan. Jujur saya sedih Koreng (Aib Red), mucul berita saya sempat steres. Senin dipanggil inspektorat, kemarin seharian didinas pendidikan klarifikasi berita. Saya mohon lah media ini kan rekan kerja phatner saya, angkatlah yang baik-baik ngapa. Jadi saya tidak abis fikir,”bebernya.
Dewan Pendidikan memberikan saran ke ketua Komite soal kaos tidak tahu. Itu kurang pas semua seogyanya yang menyangkut urusan orangtua walimurid. Komite harus jadi yang terdepan menyelesaikan masalah. Tolong dipelajari aturan tentang komite.
Pantauan awak media, dalam kunjungan Dewan Pendidikan dan Korwas Disdikud Kota Metro ada sejumlah kejanggalan. Salah satunya Ketua Komite dan Guru Olaharaga datang terlambat. Kepsek terlihat resah mondar-mandir menghubunginya, akhirnya selang menunggu lama datang.
Sumber : Dana Pembelian Seragam Baju Batik dan Kaos Olahara sebesar Rp.225.000 dari walimurid. Pembelian Sampul Rapot : Rp 75.000, sumbangan Infak pembangunan musholla seikhasnya, yang sudah terlanjut membayar kalau tidak ikhlas pihak sekolah akan kembalikan.
Hasil pertemuan klarifikasi terungkap :
- Alasan Konveksi Lambat
- Terungkap selain 4 seragam kaos olahraga, ada sebanyak 10 siswa kelas 1 B yang belum mendapat seragam baju batik berikut nama-namanya : Rafia – Celana, Livi baju+celana, Putra Baju+celana, Ravino Baju+celana, Rafa-celana, hanung baju+celana, Pandu baju+celana, dika- baju+celana, Jesica –Rok, Farhan baju+celana, dan baju+ celana. Dan seragam kaos Devi, Engel Aulia, dan Amel.
- Kepsek menyatakan sudah klarifikasi ke Inspektorat, dan Dinas Pendidikan Kota Metro tentang permasalahan ini.
- Warga Karangrejo yang juga Pers sempat mengingkatan Kepsek sekitar satu bulan yang lalu soal kaos seragam. Bahkan kepsek berjanji akan segera memberikan seragam. Namun sudah hampir satu bulan tak kunjung diberikan sehingga keluhan walimurid termuat di media sosial.
Sekitar pukul : 09.14 WIB, Kamis (9/5/2019), Kepala SDN 1 Metro Utara Kodar Aminudin mengirim foto bahwa seragam kaos dan seragam batik sudah dibagikan pesan whatsApp yang diterima redaksi metrodeadline.com.
“Batik sudah siap dibagikan. Itu berita masalah Komite yang katanya tiarap juga diperbaiki. Orangtua sudah mengambil segaram. Oh ya mas, kaosnya sudah semua dibagikan ya. Kita bahas kaos jadi kaosnya saja yang diangkat,”ucap Kodar melalui pesan singkat WhatsApp. (*)
Penulis/Foto : Fredi Kurniawan Sandi