Pemerintah Kota (Pemkot) Metro melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro, nampaknya tengah tancap gas mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor retribusi sampah pada 2019 mendatang. Salah satunya gencar sosialisasi Perwali No.27 tentang Tata Laksana Pemungutan Retibusi Kebersihan, Persampahan Kota Metro.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro Ir. Eka Irianta menyatakan bahwa pada 2018 taget yang telah ditentukan sepertiya sangat berat untuk bisa mencapai target 100 persen atau Rp1,1 milyar.
“Jujur saya pesimis di 2018 bisa tercapai target. Per- November ini saja baru masuk sekitar 80 persen, sedangkan tinggal 2 bulan lagi. Makanya kita gencar sosialisasi Perwali No.27 tentang Tata Laksana Pemungutan Retibusi Kebersihan, Persampahan Kota Metro, untuk persiapan 2019 mendatang,”ungkapnya kepada Radar Nusantara, Senin ( 12/11/2018).
Lebih lanjut, kata Eka penerapan strategi penjaringan PAD retibusi sampah akan melibatkan pamong RT/RW sebagai kolektor (Penagihan Red), untuk target sasaran perumahan milik warga yang selama ini luput dari jangkauan pegawai Dinas Lingkungan Hidup.
“ Jadi mereka (Pamong Red) akan kita berdayakan. Pemkot Metro juga sudah menyediakan pos khusus untuk biaya oprasional, contohnya setiap 40 pelanggan kita berikan uang transport,”jelasnya.
Ia menilai langkah tersebut diangkap lebih efektif dan efesian untuk persiapan mendongkrak PAD retribusi sampah pada 2019 mendatang. Menurutnya, sistem ini akan mulai dilaksanakan awal Desember 2018 nanti.
“Ya data terupdate, jumlah pelanggan sekitar 5.000 titik. Itupun campuran (comporit), retribusi penyumbang terbesar adalah pasar, pertokoan, dan lembaga, dinas, yayasan, dan sekolah . Sedangkan untuk warga dan perumahan meliputi, rumah kontarakan, kos-kosan sangat sedikit. Makanya kita akan berupaya bisa menjaring pelanggan, dengan melibatkan ketua RT/RW,”jelasnya.
Eka menambahakan per hari Kota Metro menghasilkan sampah 65 ton. Sedangkan daya angkut hanya mampu 49 ton perhari, dengan ditompang 18 armada, dan 14 bentor untuk membawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di Karangrejo Metro Utara.
“Jadi kalau dihitung estimasi biaya oprasional dengan pemasukan PAD restibusi sampah tidak sebanding. Kenapa , ya oprasional kendaraan saja lebih banyak dari dibandingkan target PAD sebesar Rp1,1 miliyar per-tahun. Nah, inilah yang sedang kita perbaiki untuk mengenjot PAD retribusi sampah dengan melibatkan pamong RT RW untuk mendata pelanggan. Ya paling tidak 80 persen KK (Kepala Keluarga) di Kota Metro terdaftar menjadi pelanggan tetap,”pungkasnya. (*)
Sumber : radarnusantara.com