Mengenang Perjuangan “Laskar Golok” Dipimpin KH. Ahmad Hanafiah Mengusir Penjajah

LAMPUNG TIMUR – Rekam jejak perjalanan perjuangan KH. Ahmad Hanafiah dalam Kemerdekaan Indonesia dari Karesidenan Lampung selama masa penjajahan Belanda, KH. Ahmad Hanafiah sangat menekuni bidang pendidikan karena beberapa pengalamannya sangat membantu masyarakat di sekitarnya untuk bisa menempuh pendidikan.

Pendidikan yang dia tempuh dari
berbagai pesantren di Indonesia atau
diluar negeri membuat dirinya sudah siap dalam memimpin Pesantren Al Ikhlas Sukadana dari tahun 1942-1945 dan sempat menjadikan dirinya buronan di saat Belanda menganggap Sarekat
Dagang Islam yang dia ketuai di
daerahnya sebagai organisasi yang
membahayakan bagi pemerintahan
Belanda saat itu.

Saat terjadinya Perang Dunia (PD) II dan
Belanda menyerahkan pemerintahannya
secara resmi kepada Jepang. Melihat
kemampuan yang dimiliki oleh KH. Ahmad Hanafiah membuat Jepang mengangkat KH. Ahmad Hanafiah menjadi anggota Sa-ngi-kai atau semacam anggota dewan perwakilan rakyatnya Jepang yang membawahi daerah Karesidenan Lampung.

Dari sinilah dimulai kiprah dia terjun dalam perpolitikan yang membawanya untuk berjuang demi kepentingan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Muh. Hatta di Jakarta.

Pada saat itu di Lampung baru mengetahui adanya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 oleh Mr. Abbas yang pada saat itu berada di Jakarta untuk menyelenggarakan pertemuan dan juga sebagai anggota dari PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) perwakilan dari Sumatera (Dewan Harian Daerah Angkatan ’45, 1994: 16).

Dalam menyambut kemerdekaan
Indonesia yang telah di kumandangkan,
di Karesidenan Lampung telah berdiri
organisasi-organisasi atau badan-badan
perjuangan yang akan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.

Di Karesidenan Lampung terdapat Laskar Hisbullah, Laskar Fisabilillah, API (Angkatan Pemuda Indonesia), Barisan Pelopor, dan Laskar Rakyat.

KH. Ahmad Hanafiah yang menjabat sebagai Ketua Sarekat Dagang Islam yang telah berubah nama menjadi
Sarekat Islam lalu berubah lagi menjadi
Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

Setelah kemerdekaan, dia bergabung
dengan Laskar Hisbullah sebagai
ketuanya di Sukadana yang anggotanya
banyak berasal dari Muhammadiyah dan
PSSI (M.C. Ricklefs, 1981: 311).

Selama awal kemerdekaan Indonesia KH. Ahmad Hanafiah menjabat posisi penting dalam pemerintahan Indonesia yaitu sebagai Kepala Daerah Kewedanan Sukadana dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Karesidenan Lampung tahun 1946-1947.

Saat terjadinya Agresi Militer Belanda I, daerah Lampung tidak berhasil
mendapatkan serangan militer dari
Belanda. Lampung merupakan bagian
dari Provinsi Sumatera Selatan pada saat itu, banyak terjadi berbagai
pertempuran-pertempuran di Sumatera
khususnya di Sumatera Selatan.

Selama perjuangan kemerdekaan dari tanggal 21 Juli 1947 yaitu sejak agresi militer Belanda 1 dan berakhir sampai Desember 1948.

Di dalam bidang pemerintahan,
Karesidenan Lampung tidak terjadi
perubahan-perubahan penting. Hal ini di
sebabkan karena tentara Belanda
menyerang melalui darat dari Palembang ke Selatan – Barat.

Setelah bertempur selama tiga hari dan mendapat perlawanan yang gigih dari kesatuan-kesatuan tentara Republik Indonesia, sehingga pada tanggal 25 Juli 1947 Belanda berhasil menduduki Baturaja. Akan tetapi dalam peristiwa pertempuran selanjutnya, Belanda tidak
berhasil memasuki wilayah Karesidenan
Lampung (Ali Imran, dkk, 2001: 26).

Pada Agresi Militer Belanda I tahun
1947 tersebut, KH Ahmad Hanafiah dan
tentaranya yang tergabung dalam Laskar Hizbullah terpanggil untuk membantu
perjuangan TNI yang memberikan
perlawanan sengit terhadap pasukan
Belanda di Daerah Sumatera Selatan
khususnya di Kota Baturaja.

Sesampainya pasukan KH. Ahmad Hanafiah disana dan segera bergabung dengan kesatuan TNI melakukan serangan balasan didekat Kota Baturaja yaitu kearah daerah Martapura.

Disinilah terjadinya pertempuran
hebat antara Laskar Hizbullah dibawah
pimpinan KH. Ahmad Hanafiah bersama
TNI melawan Belanda di Front pertempuran Kemarung.

Daerah Kemarung masih termasuk daerah yang tumbuh hutan belukar yang digunakan sebagai basis pertempuran yang ideal untuk pasukan pihak KH. Ahmad Hanafiah bersama TNI yang masih tergolong belum maju dalam persenjataan dibandingkan dengan pihak Belanda.

Karena Laskar Hizbullah bersenjatakan golok maka dikenal juga sebagai “Laskar Golok” melakukan perlawanan yang mereka bisa lakukan dan juga mereka dipercaya sebagai laskar yang kebal terhadap peluru Belanda. Dengan bekal inilah mereka berani dalam melawan pasukan Belanda yang menggunakan senjata api.

Saat di hutan, Laskar Hizbullah bersama TNI mengatur stategi untuk menyerang pertahanan Belanda di Kota Baturaja. Tetapi sebelum dapat menyerang stategi ini terlebih dahulu diketahui oleh pihak Belanda karena adanya pejuang yang berkhianat dan membocorkan informasi kepada Belanda.

Akhirnya TNI mundur saat informasi ini
telah diketahui oleh Belanda, tetapi
pasukan Laskar Hizbullah yang tengah
beristirahat di Kemerung secara tiba-tiba disergab oleh pasukan Belanda dan
terjadilah pertempuran hebat yang tidak
seimbang antara keduanya.

Anggota laskar Hizbullah banyak
yang gugur dan tertawan termasuk
diantaranya KH Ahmad Hanafiah berhasil ditangkap hidup-hidup, kemudian dimasukkan ke karung dan
ditenggelamkan di Sungai Ogan.

Belanda memperlakukan KH. Ahmad Hanafiah demikian karena telah mengetahui kehebatan yang dimiliki oleh KH. Ahmad Hanafiah yang kebal senjata tajam maupun senjata api. Akhirnya melakukan dengan cara licik dan kejam.
Di tempat inilah Sang Pahlawan gugur, mati syahid mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di Lampung.

Peristiwa Agresi Militer Belanda I yang berlangsung selama beberapa lama
di beberapa wilayah Indonesia dan di
Sumatera Selatan akhirnya dapat
berhenti setelah adanya suatu perjanjian
kesepakatan antara pihak Indonesia
dengan Belanda yang terjadi pada tahun
1947.

Agresi Militer I dapat dihentikan
karena adanya Perjanjian Renville yang
dilaksanakan pada tanggal 6 Desember
1947 di geladak kapal perang Amerika,
Renville yang disaksikan oleh KTN
(Komisi Tentara Negara) dan pada
tanggal 17 Januari 1948 menghasilkan
perjanijian Renville (C.S.T Kansil dan
Julianto, 1985: 50).

Guna mengenang jasa-jasanya, Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur telah membangun monumen patung KH. Ahmad Hanafiah, dilansir oleh metrodeadline.com dari lampung.antaranews.com.

“Sebagai penghargaan atas jasa-jasa KH. Ahmad Hanafiah, Pemkab Lamtim telah membangun monumen patung beliau sebagai pejuang sekaligus tokoh dan ulama dari daerah ini,” ujar Budi Yul Hartono, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur ketika itu.

Monumen patung itu dibangun pada tahun 2015 dan berdiri di ruas badan jalan utama tepatnya dipertigaan Jalan Lintas Pantai Timur Desa Sukadana Kecamatan Sukadana, sehingga dapat disaksikan oleh setiap orang yang melewati jalan utama dari berbagai arah.

Sejumlah pihak berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur bersama masyarakat dapat melakukan pemeliharaan dan perawatan (ranwat) serta menjaga keberadaan monumen patung KH. Ahmad Hanafiah itu, tidak membiarkannya rusak akibat ulah tangan-tangan jahil maupun kerusakan akibat kondisi cuaca dan alam di sekitarnya.

Piagam penghargaan dari Gubernur Propinsi Lampung pun diberikan kepada sejumlah tokoh daerah Lampung, di antaranya kepada KH. Ahmad Hanafiah dari Sukadana dengan Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/520/III.04/HK/2015, tanggal 2 November 2015.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur juga telah mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional atas jasa-jasanya mempertahankan kemerdekaan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Sudah disusulkan gelar pahlawan nasional pada tahun 2015 kepada Pemerintah Provinsi Lampung, usulan itu berdasarkan jasa-jasa KH Ahmad Hanafiah bagi NKRI,” ujarnya lagi.

Perjuangan dan pengorbanan KH. Ahmad Hanafiah patut diapresiasi dan dijadikan sebagai suri tauladan oleh seluruh elemen masyarakat Kabupaten Lampung Timur khususnya.

“Pengorbanan beliau patut dihormati dan dihargai serta dijadikan suri tauladan oleh stakeholder di Kabupaten ini. Karena, Kemerdekaan NKRI juga adalah hasil perjuangan dan pengorbanan beliau bersama pasukannya. Ingat jas merah, itu pesan bung Sukarno, jangan sampai melupakan sejarah.” Kata Sidik Ali, S,Pd,I Ketua Jaringan Pemberantasan Korupsi (JPK) Koordinator Daerah (Korda) Kabupaten Lampung Timur (Lamtim) seorang pengagum Soekarno, Selasa, 4/6.

Guna mengisi kemerdekaan sebagai penerus cita – cita perjuangan KH. Ahmad Hanafiah sang kakek, kini cucunya yang bernama KMS, Thohir Hanafi menjabat Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Timur merupakan figur sosok seorang yang bersahaja dan low profile. (Rop)

You might also like

error: Content is protected !!