METRODEADLINE.COM – Anak mantan Walikota Metro dua periode 2005-2010-2015 itu, Dr. Eng. Fritz Akhmad Nuzir, ST, MA, IAI atau dikenal dengan Fran diprediksi maju dalam kontestasi Bursa Pemilihan Walikota (Pilwakot) Metro 2020 mendatang. Hal tersebut turut dibenarkan orangtuanya, Hi. Lukman Hakim, di Gedung Graha Sukha, Kota Metro, Sabtu (4/5/2019).
Menurutnya, meski masih terbilang awam nampkanya dirinya tidak mendampik hal tersebut. Ia mengaku waktu menuju Pilwakot Metro 2020 masih panjang, namun sedari saat ini sudah harus dipersiapkan dengan matang agar nantinya bisa lebih maksimal.
“Insya Allah, ya mohon doa restunya, karna memang punya basic. Bukan karna bekas anak Walikota saja, tapi dia punya basic. Soal partai untuk koalisi, ya kalau perlu Independent,”kata Lukman mantan Walikota Metro.
Sementara dikutip dari blog https://fritznuzir.com/its-fritz/, perkenalkan nama saya Fritz Akhmad Nuzir. Rumah saya di Yosorejo, Metro Timur. Sama seperti Anda, saya mencintai Kota Metro, kota kelahiran yang selalu menjadi tempat saya pulang. Kampung halaman yang selalu saya rindukan. Berbagai permasalahan datang silih berganti menyelingi pembangunan kota dan mengancam keberlanjutan lingkungannya.
Melalui laman ini saya mengajak untuk bersama-sama mengidentifikasi permasalahan-permasalahan tersebut sembari bertukar ide tentang potensi kota kita tercinta ini di masa depan. Sudah saatnya warga berpartisipasi aktif dalam pembangunan kota.
Untuk METRO KITA yang lebih baik lagi!
Mohon partisipasinya untuk mengisi form online dengan klik link di bawah ini:
https://goo.gl/forms/RLR5m3YVlryz8CLx2
Dr. Eng. FRITZ AKHMAD NUZIR, ST, MA, IAI, atau dikenal juga dengan nama panggilan, Fran, lahir di Metro, Lampung. Sejak SMP sampai berkuliah, Fritz telah merantau ke Yogyakarta. Pada tahun 2004 Fritz berhasil menyelesaikan program pendidikan Sarjana (S1) Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan di Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Pendidikan S2-nya diselesaikan pada tahun 2007 di Master of Landscape Architecture Program, Anhalt University of Applied Sciences, Bernburg, Jerman. Sambil menyelesaikan studinya, Fritz juga pernah magang di Rainer Schmidt Landscape Architects di Muenchen, Jerman.
Dr. Eng. FRITZ AKHMAD NUZIR, ST, MA, IAI, or you might be more familiar with his nickname, Fran, was born in Metro, Lampung, INDONESIA. Fritz moved to Yogyakarta and completed his formal education from the junior highschool to the university there in the city nationally famous as “Student City” (Kota Pelajar). In 2004 Fritz received his bachelor degree from the Departement of Architecture and Planning, Universitas Gadjah Mada (UGM). Then his master was completed in 2007 at the Master of Landscape Architecture Program, Anhalt University of Applied Sciences, Bernburg, Jerman. While finishing his study, Fritz joined as an intern at Rainer Schmidt Landscape Architects (RSLA) based in Munich, Germany.
Selepas kuliah, Fritz pernah bekerja di Cracknell Landscape Design di Dubai hingga tahun 2008. Setelah setahun bekerja sebagai profesional di luar negeri, ia kembali ke Indonesia. Sejak tahun 2009, ia menetap di Bandar Lampung dan mendirikan biro arsitek yang diberi nama SKAPE (Studio Kreasi Arsitektur dan Perkotaan Ekologis). Sejak itu puluhan karya arsitektur telah dirancangnya tersebar mulai dari di Jerman, di Dubai, di Lampung, di Yogyakarta, sampai di Jakarta. Kiprahnya sebagai arsitek profesional (Arsitek Madya IAI) sekaligus latar belakang ilmu arsitektur lansekap membuatnya dipercaya menjadi Ketua Umum Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia Pengurus Daerah Lampung pada tahun 2011.
After completed his Master degree, Fritz worked at Cracknell Landscape Design until 2008. After a year working as a professional abroad he returned to Indonesia. Since 2009, he moved to Bandarlampung and established an architecture firm named SKAPE (Studio of Ecological Architecture and Urban Creation). Afterward he has been involved to numerous architectural works at regional, national, and international scale. With his reputation as professional architect and his educational background in landscape architecture, he was then appointed as the Head of Indonesian Society of Landscape Architects (IALI) Regional Lampung in 2011.
Selain berprofesi sebagai arsitek, Fritz juga memiliki hobi lain yakni menulis cerita pendek. Cerita-cerita pendek yang dikumpulkan ini kemudian diterbitkan oleh Indepth Publishing dengan judul “Semuda”. Selain menulis cerpen, Fritz juga menulis di surat kabar maupun di jurnal ilmiah. Fritz menyelesaikan pendidikan S3 di University of Kitakyushu Jepang dengan gelar Doctor of Engineering (Dr. Eng.) di tahun 2016. Ia juga tercatat sebagai salah satu pengajar di Universitas Bandar Lampung sampai saat ini. Pada tahun 2017, ia berkolaborasi bersama 2 penulis lainnya untuk menerbitkan sebuah buku non fiksi dengan tema perkotaan yang berjudul “Kotak-katik Kota Kita”. Fritz kini berafiliasi dengan Institute for Global Environmental Strategies (IGES) dan tergabung dalam unit Kitakyushu Urban Centre (KUC) di Jepang yang melakukan penelitian dengan tema-tema kota rendah emisi (low carbon city), pengelolaan sampah perkotaan (urban waste management), pendidikan lingkungan (environmental education), ruang terbuka dan bangunan hijau (green open space and building), dan Sustainable Development Goals (SDGs).
Beside architecture, Fritz is also fond of writing especially short stories. A collection of his short stories was then published by Indepth Publishing under the title “Semuda”. Not only short stories, he also published articles in the newspapers and scientific journals. Fritz completed his formal education by receiving the degree of Doctor of Engineering (Dr. Eng.) in the year 2016. He is also enlisted as one of the lecturers in Universitas Bandar Lampung (UBL) until now. In 2017, he collaborated with 2 other co-authors to publish a non fiction book on urban issues titled “Kotak-katik Kota Kita (Puzzling Our City)”. Fritz is currently affiliated with the Institute for Global Environmental Strategies (IGES) Kitakyushu Urban Centre (KUC) in Japan conducting various researches on low carbon city, urban waste management, environmental education, green open spaces and buildings, and the Sustainable Development Goals (SDGs). (*)
Sumber : https://fritznuzir.com/its-fritz