Jerman korban keempat kutukan juara bertahan di Piala Dunia

Akhirnya, Jerman sang juara bertahan tersingkir dari turnamen sepak bola akbar Piala Dunia 2018.

Tim juara Piala Dunia 2014, yang dalam perjalanan menuju prestasi puncak membantai Brasil 7-1, kalah 0-2 dari Korea Selatan di laga terakhir, terpuruk di bawah Grup F, untuk pertama kali dalam sejarah.

Kekalahan ini menunjukkan kutukan juara bertahan dalam Piala Dunia kembali terjadi.

Jerman hanya meraih poin tiga yang didapat dari kemenangan saat melawan Swedia, tim yang akhirnya berada di posisi teratas klasemen dan melenggang bersama Meksiko ke babak 16 besar.

Yang menarik, kutukan juara bertahan marak sejak 2002.

Sebelum 2002, juara bertahan hanya dua kali tersingkir, yaitu Italia pada Piala Dunia 1950 dan Brasil di Piala Dunia 1966.

Selama periode sebelum 2002, bisa dikatakan juara betahan memiliki peruntungan yang besar saat terjun di turnamen berikutnya.

Kutukan juara bertahan yang ramai dalam 16 tahun terakhir berawal dari kejutan ketika Senegal mengalahkan Prancis di laga pembuka Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang.

Empat tahun sebelumnya, Prancis secara gemilang menghancurkan Brasil 3-0 di final Piala Dunia 1998.

Prancis terpuruk di Piala 2002, tak bisa bersaing dengan tim-tim lain di grupnya seperti Uruguay dan Denmark.

Sejarah berulang pada Piala Dunia 2010: Italia yang pada 2006 sukses mengalahkan Prancis di babak final, hanya bermain imbang saat melawan Paraguay dan Selandia Baru serta kalah dari Slovakia.

Hak atas foto Reuters
Image caption Momen ketika pemain Korea Selatan mencetak gol ke gawang Jerman sekaligus membuat tim ini angkat koper dari turnamen Piala Dunia 2018 di Rusia.

Empat tahun kemudian, kutukan ini menimpa Spanyol. Bahkan periode emas selama delapan tahun sebelumnya dengan dua kali menjuarai Piala Eropa tak bisa menyelamatkan mereka.

Pada turnamen Piala Dunia 2014 di Brasil, Spanyol dilibas Belanda 1-5 dan juga menelan kekalahan 0-2 dari Cile membuat mimpi mereka untuk unjuk gigi di Brasil terkubru dalam-dalam.

Dan kutukan kembali terjadi di Piala Dunia 2018.

Jerman yang secara spektakuler juara pada 2014 berada di Grup F bersama Swedia, Meksiko dan Korea Selatan.

Di atas kertas Jerman akan dengan mudah menjadi juara grup atau setidaknya di posisi dua klasemen akhir.

Sempat kalah 0-1 dari Meksiko di laga pembuka, Jerman menang dramatis 2-1 saat melawan Swedia berkat gol yang tercipta di menit-menit akhir babak kedua.

Para analis meyakini kemenangan atas Swedia akan cukup bagi tim panser Jerman untuk membawa momentum kemenangan saat turun di laga terakhir babak penyisihan grup melawan Korea Selatan.

Yang terjadi sebeliknya. Korea Selatan mencetak dua gol di akhir pertandingan dan mengirim Jerman pulang.

Apa yang bisa dipetik dari kutukan yang menimpa Prancis, Italia, Spanyol, dan Jerman ini?

Kegagalan juara bertahan di fase awal menunjukkan betapa ketatnya persaingan dan betapa sulitnya mempertahankan piala.

Selama penyelenggaraan Piala Dunia, hanya ada dua negara yang bisa juara dua kali berturut-turut, Italia pada penyelenggaraan 1934 dan 1938 dan Brasil pada turnamen 1958 dan 1962.

Jerman, tim favorit juara Piala Dunia 2018, tak bisa meniru prestasi Italia dan Brasil.

Sumber : http://www.bbc.com/indonesia/olahraga-44642687

You might also like

error: Content is protected !!